Aku bukan mahasiswa UI atau STAN
Yang terkenal pintar-pintar
Tapi kau tetap bilang aku cerdas
Aku adalah smart solution
Ah, seperti trademark sebuah bimbel
Tapi kau tetap bilang aku cerdas
Karena aku selalu memberi solusi praktis bagi setiap masalahmu
Katanya aku wanita berhati besar
Ia begitu bangga bisa mengenal akhwat sekaliber aku
Entah sekaliber apa aku ini?
Tapi ia tetap bangga
Mumtazah
Wanita yang luar biasa
Dan ia berkata tak kan pernah melupakan saat-saat mengenalku
Selamanya
Aku bertanya pada Huwa
Adakah ia kecewa?
Tak ada yang perlu dikecewakan katanya
Tak ada guna
Sanjung puja
Jika mereka tetap pergi
Dan meninggalkan diri ini di lorong sunyi
Bersama panah-panah kesepian yang menyabik hati
Huwa mengingatkan tentang kisah Ummu Salamah
Yang mendapat ganti orang mulia sepeninggal Abu Salamah
Orang termulia
Muhammad Sholallahu ’Alaihi wasallam
Adakah aku sepadan Ummu Salamah?
Hingga layak bersanding dengan Rasul-Nya?
Aku hanya hamba-Nya yang penuh alpa
Makan dari rizki-Nya
Menanggung besan maksiat dan dosa
Dan menunggu malaikat maut menyapa
Namun sebelum kembali pada-Nya
Ingin aku mendapat gelar istri sholehah…
_Hari, Bulan, dan Tanggal yang sama, pagi pun masih tetap biru_
“Katamu aku wanita cerdas.
Aku bukan mahasiswa UI atau STAN
Yang terkenal pintar-pintar
Tapi kau tetap bilang aku cerdas”
Masa sih??????
Kalo aye menganggap bahwa setiap manusia dilahirkan dengan kecerdasan masing-msing. Tak ‘adil kupikir kalau Allah menciptakan manusia tanpa kepintaran?
Thanks dah berkunjung……
haiah…kunjungan balik bu… 😉 hemm cerdas daLam hal apa dulu..kalo soal makan kayakna sama ….
btw, tiap orang punya metode sendiri2…kalo udah nemuin metode yang tepat…wuuzzzz… (nabrak gedung…)
wah, ternyata mahasiswa STAN dianggap ceerdas yakz?
padahal tiap hari maen futsal. belajar cm klo mo ujian. kyahahahaha
tuh, hebat kan ga belajar aja juara. Kalo saya udah jungkir balik belajar tetap aja ga bisa hi..hi..