Ingin sekali menyusuri jalan protocol ibu kota ini bersama. Duduk manis dibelakangnya. Kemacetan ibu kota pun tak kan lagi menjemukan. Tapi aku masih mengejar bus kota. Berjejer bersama para pekerja, buruh kasar, ibu rumah tangga yang sibuk menenangkan anaknya yang menangis karena pengapnya bus kota, pelajar, mahasiswa. Semuanya masuk dalam kasta kaum proletar yang mengais sisa-sisa rupiah para konglomerat. Kadang duduk terkantuk-kantuk bersandar pada jendela yang berdebu tebal. Penat dengan kerasnya beban hidup megapolitan.
Aku masih sendiri di rumah tua ini. Di kamar sempit yang salah satu dindingnya berbahan triplek. keramik putih yang menyilang-nyilang terasa lebih dingin dari biasanya. Ibu kota memang sedang dipuncak hujan. Beberapa wilayah bahkan telah tergenang air.
Setiap langkah maju jarum jam menjadi begitu bermakna. Karena setiap putaran waktu adalah akumulasi dari kerinduan yang semakin membuncah. Tenggelamnya sang surya berarti satu hari penantian telah terlewati. Dan saat keesokan harinya fajar menyongsong di ufuk timur, pertanda semakin dekat hari berjumpa. Kawan, benarkah rindu itu indah?
Katanya menunggu itu menakjubkan. Tidak kawan, aku tak kan memposisikan diri sebagai orang yang menunggu. Kuposisikan diriku sebagai seorang yang bersiap-siap, hingga jika saatnya tiba aku kan menemuinya dengan selaksa senyuman. Benarkah menunggu begitu menakjubkan?
Seperti perkataannya bahwa untuk menegakkan yang hak dan sunnah ini butuh kesabaran. Ah, inilah saatnya mempraktekkan semua ilmu tentang kesabaran dan tawakal. Inilah saat dimana do’a-do’a untuk mengatasi gundah gulana dan kesedihan hati dilafadzkan. Inilah saat mengejar waktu-waktu mustajab dan merengek pada-Nya.
Jika menunggu begitu menakjubkan maka biarlah aku menunggu hingga takdir-Nya membuatku semakin takjub pada-Nya. Jika buah kesabaran memang manis. Maka biarlah kucicipi hingga kunikmati lezatnya. Dan kerinduan ini biarlah mengalun dalam do’a agar Robbul Izzati selalu menjaganya dari segala marabahaya, godaan syaithon, dan fitnah.
Setiap akhir pekan kita berada di taman syurga dipisahkan oleh kain hijau. Duduk mendengar Dzikrulloh. Dan sayap-sayap malaikat pun menaungi. Semoga Rahmat dan Sakinah-Nya turun dan Alloh Azza Wa Jalla Ridho menyebut-nyebut nama kita di hadapan para malaikatnya
Ya Alloh, berikanlah aku rasa qona’ah, agar aku ridho terhadap apa2 yang engkau tunda dan apa2 yang engkau segerakan….
menakjubkannya menunggu adalah ketika engkau tahu bahwa yang engkau tunggu pun menunggumu…
seperti dulu, ketika aku mengucapkan salam tiap kali masuk ke rumah -meski aq sendirian di rumah itu-; sembari berharap kelak ada bidadari yang menjawab salamku… 😀
bismillah….
semoga Allah berikan yang terbaik tuk kita, dan sabar adalah…jawaban pati tuk masa Penantian….
dan semuanya kan berbuah manis, bila masanya tlah datang…
wallahu a’lam
🙂
sabar sabar sabar
satu kata yang pasti
sabar 🙂
jadi wulan merindu ….
bismillah
assalamu’alaykum
kejaya’an itu adalah keniscayaan.. ,
mbak ^_^
mbak kata-katanya bagus..,
Assalamu’alaykum
SELAMAT anda termasuk orang yang berhasil menerima anugrah award dapat diambil di http://utrunjah.wordpress.com/2009/02/23/award-pertamaku/
pengumuman selesai
hmmm,,,
nice post,touching words,and great friend… and that is u,,
sabar ya bu,,,,
kabar baiknya selalu ditunggu (^-^)
vi,ni blog ri http://maylatunsari.wordpress.com ,view and comment ya,isinya emg ga sepuitis dan seagamis vi and temen2 yg ngisi di blog vi yg dahsyattt!!!…hehehe
ti amo perche Allah Subhanallahu Wa Ta’ala
Assalamu’alaikum mba Devi,
Kalo menunggu sesuatu yang sudah “pasti” tentu saja indah 🙂
Sabar…^_^
Assalamu’alaikum, still waiting..
yang sabar ya mbak ^^
eh maaf, linknya yang diatas udah ga aktif, sekarang link yang ini ^^ ‘afwan..
Ouw… i see. Jd ini alasannya hiatus. Sedang dlm ms pinangan.
Kalau ada saat menanti… pastikan Alloh membersamai.
assalamu’alaykum
lama ga berkunjung.
wah hanya bisa mendoakan spy ka devi di beri yg terbaik,
di mudahkan dan di lancarkan jalannya.
hehei.. 🙂