Archive for the 'Pelajaran hidup' Category

Negeri Cinta

Ini kisah tentang suatu negeri

bukan negeri  di atas awan

Negeri yang dekat


Disana kau bisa berenang

Tanpa pernah takut tenggelam

Bisa bernafas meski tanpa udara

Bisa makan gula-gula dan es krim tanpa pernah takut sakit gigi

Bahkan kau bisa makan semua hidangan yang lezat tanpa mengunyah


Kadang aku menyebutnya negeri keajaiban

Dimana cinta dan kasih mengalir dalam urat darah

Setiap orang yang meninggalkan negeri itu pasti menangis

Karena mereka tahu tak kan pernah ada jalan tuk kembali…


Tahukah kau dimana negeri itu?

Negeri itu ada pada setiap wanita

Dialah RAHIM

love-baby-familly

02_09_09

Untuk buah cintaku yang gugur dalam usia 12 minggu di dalam negeri cintaku. Cium sayang dari Ummi dan Abi

Menjadi Bermakna

 

sand-castle

Bila sebutir pasir mempunyai makna dalam keberadaannya

Hidup manusia tentu mempunyai makna yang lebih besar lagi

menjadi bermakna dalam hidup berarti menjadikan hidup itu bermanfaat bagi yang lain

_pesan dari dinding yang setiap hari kulewati_

wonderful Mother

Setujukah kau jika aku berkata bahwa seorang ibu seharusnya mendapat banyak gelar. Double, double degree!!Akan kutunjukkan padamu bagaimana hebatnya seorang Ibu. MUMTAZ!!Tentu kau telah tahu bagaimana perjuangan ibu dari mulai menjagamu dalam rahimnya selama sembilan bulan?! Sungguh semua itu bukan perkara mudah. Bayangkanlah jika kau membawa beban berat lima kilo saja selama sembilan bulan? Sanggupkah?! Tapi ibu, ia sanggup!. Bahkan kau lebih berat dari sebuah benda berbobot lima kilogram. Karena kau memiliki nyawa yang akan ia jaga dengan sangat hati-hati.  Belum lagi drama persalinan yang menjadi bagian paling mengagumkan.  Ibu bertaruh nyawa. Ia bertaruh nyawa saat mengeluarkanmu dari rahimnya. Semua itu tentu tak asing lagi bagimu…

kasih-sayang-ibu

Lanjutkan membaca ‘wonderful Mother’

Kala Rupa Menjadi Skala

topeng_home


Duhai, alangkah malang

Kala rupa menjadi skala

Silapkah hamba akan firman-Nya?

”Sabbihisma Robbikal a’laa”

”Alladziikholaqo fasawwaa”

Lanjutkan membaca ‘Kala Rupa Menjadi Skala’

Pangeran Kecil


Seorang bocah kecil

Tidur lelap dipangkuanku

Berayun-ayun seiring laju mobil

Dari Pondok Kopi menuju Kampung Melayu

Kepalanya bersandar di dadaku

Tangan mungilnya menyentuh ujung jilbabku

Saat sedang bermain

Ia laksana setan kecil yang menjengkelkan

Tapi lihatlah saat ia terlelap

Sungguh,

Ia laksana malaikat tanpa dosa

Aduhai,

Malang nian…

Bocah kecil ini baru saja ditinggal Bunda

Bunda tercinta pergi

Kanker ganas menjadi jalan pulangnya

Kembali menuju Robbul Izzati yang Maha Hidup

Pangeran kecil yang tampan…

Nyenyaklah dalam buaianku

Mungkin tak selembut buaian Bunda

Lelaplah dalam pelukanku

Mungkin tak sehangat dekapan Bunda

Tapi… Lanjutkan membaca ‘Pangeran Kecil’

Hanya Kepada-Mu aku meminta

“Logika?!. Dimana logika ketika Nabi Yunus berada di dalam perut ikan Hiu?. Berada dalam tiga kegelapan. Lantas Alloh menumbuhkan semacam pohon labu dalam perut ikan hiu itu. Dari situlah Nabi Yunus bertahan hidup sampai empat puluh hari. Coba apa yang diucapkan. Laa ilaaha illa anta subhanaka inni kuntu minadzolimiin. Hanya itu Vi, hanya itu…!
”Apa yang tidak mungkin buat Alloh jika ia berkehendak?!” 
  

Ia, ukhty diujung telepon sana tidak sedang menasehatiku. Tidak pula sedang mendengarkan keluh kesahku. Apalagi menyemangatiku dari keterpurukan. Tidak. Ia sedang menasehati dirinya sendiri. Menyemangati dirinya sendiri dari keterpurukan. Dan aku hanya mencoba menjadi pendengar yang baik berbekal CDMA seribu sejam ini.

Jujur, aku bersimpati padanya. Ia akhwat yang luar biasa. Memegang kuat hujjah, bersemangat, dengan ghiroh dakwah yang membuncah. Ia telah melewati banyak hal. Melewati saat-saat terhoror dalam hidup seorang wanita. Dan ia telah melewati semuanya dengan ketegaran. Saat ini pun situasinya masih sulit. Aku tak bisa memberi banyak solusi. Tapi jelas, kisahnya mampu menjadi penyulut dalam hidupku. Pun semangatnya telah memberi nafas pada jiwa dakwahku yang sedang mati suri. Jiwa dakwah yang terluka dan merasa tak lagi punya celah tuk bergerak. Tapi ternyata selalu ada ruang. Ruang jiwa untuk bergerak. Maka kini aku telah siuman, mencoba mengobati luka kemarin, mencharge baterai dakwahku, dan bergerak ke medan dakwah kembali. Lanjutkan membaca ‘Hanya Kepada-Mu aku meminta’

Anak Kecil Saja Tahu Malu

Suatu ketika adikku (lahir tahun 2003, hitung sendiri umurnya) kuajak ke tempat kajian dekat rumah, tanpa ibu. Ibu mendandaninya lengkap dengan jilbab kecilnya. Aku menawarkannya untuk membuka jilbabnya. Ia menolak. Malu katanya. Sekali lagi kutawarkan untuk membuka jilbab, ia tetap menolak dengan alasan yang sama. Aku sampai menekankan kalau tidak apa jika ia ingin membuka jilbab karena aku khawatir kalau ia kegerahan. Tapi ia tetap menolak. Selesailah kajian. Kami pun pulang. Setelah masuk gerbang, ia berlari ke dalam dan langusng membuka jilbabnya dengan ekspresi lega seperti orang yang lega setelah buang hajat. Aku jadi tertawa geli. Rupanya butuh perjuangan mempertahankan jilbab kecilnya itu. Padahal ia masih kecil. Seharusnya wanita-wanita yang tidak berjilbab malu padanya.

Lanjutkan membaca ‘Anak Kecil Saja Tahu Malu’


Pengunjung Kelas

  • 10.515

Arsip Kelas

Kategori

Komentator

Doni Al Siraj pada Negeri Cinta
Maylatun sari pada Negeri Cinta
Rizki Aji pada Negeri Cinta

ayo pake jilbabnya

Portalnya Keluarga Bahagia

Jadwal Kajian Salaf

blog-nya musafir kecil



"Indonesians’