Babak Lain dari Sandiwara Langit
Saat tahu bahwa cerita-cerita fiksi terlarang dalam Islam, aku mulai meninggalkan hobiku menulis cerita pendek (cerpen) dan meninggalkan sebuah forum pengkaderan penulis-penulis fiksi. Praktis aku menjadi jarang menulis. Karena aku memang lebih suka membuat cerita dibanding berpuisi maka aku jarang pula menulis puisi. Tulisanku selanjutnya tidak lebih dari sekedar tarian jari di atas tuts-tuts keyboard ketika aku bersedih atau mengalami kejadian yang membuatku merana. Maka jika aku meninggal dan ada yang orang yang membaca fileku, ia akan berpikir bahwa aku adalah orang yang bernasib paling malang di dunia ini.
Menulis cerpen bagi seorang pemimpi sepertiku merupakan sebuah ’kenikmatan ’ tersendiri. Dengan cerpen aku bisa menjadi apa pun yang ku inginkan. Inilah duniaku. Dunia yang kuciptakan di atas kertasku. Aku berkuasa disini . Aku bisa mencintai siapa pun, dicintai siapapun yang ku inginkan. Aku bisa memakan makanan apa pun, memakai pakaian apa pun. Semuanya. Semua bisa ku dapatkan di dunia cerpenku. Dunia tempatku berlari dari kenyataan.
Bacaanku mulai berpindah. Aku mulai membaca buku-buku keagamaan. Sifat sholat Nabi (hadiah seorang ukhty saat aku masih tersilau-silau dengan cahaya hidayah-Nya—ukhibuki fillah, kangennya…), Manajemen hati, Seribu amalan sunnah dalam sehari semalam. Itulah sederetan buku-buku awal yang aku miliki. Kubeli dengan menyisihkan uang sakuku. Selanjutnya bukuku terus bertambah. Selain membeli alhamdulillah aku dikelilingi ikhwah fillah yang sangat sayang padaku. Mereka cukup andil menambah koleksiku dengan menghadiahkan sejumlah buku; fatwa-fatwa tentang wanita jilid 1, ensiklopedi fikih sunnah, salah kaprah dalam pergaulan, bahaya sekularisme, sirah shahabat, yasinan, hadits arba’in (yang belum satu hadits pun bisa ku hafalkan—entah kapan) dll. Juga buku-buku yang kupinjam di maktabah at-taaluf milik seorang ummahat. Selain membaca buku-buku keagamaan aku juga melirik memoar-memoar kisah nyata. Buku kebangsaanku ketika SMA adalah Nikah Dini Kereeen karya Haekal Siregar. Haekal Siregar berhasil membuat aku dan teman-temanku memimpikan kehidupan seperti dia. Menikah sambil kuliah!. Buku itu membuatku—kami bermimpi bisa kuliah sambil menikah. Pergi ke kampus ditemani orang tercinta, memiliki tempat bersandar disela-sela penatnya kuliah. Dan semuanya dibalut dalam kehalalan. Oh, indahnya….Aku tidak membeli buku itu. Temanku yang membelinya. Dan kini diantara kami yang membacanya. Hanya dia yang berhasil mewujudkan impian seperti Haekal Siregar. Ya, dia melangkahi kami dengan menggetarkan arsy pada tanggal 07 January 07 (kami masih semester lima). percaya atau tidak. Kisah temanku ini hampir sama dengan kisah Haekal Siregar dan istrinya. Ya, paling tidak mereka sama-sama nikah dini, sambil kuliah, satu angkatan (walaupun temanku dan suaminya tidak satu sekolah), dan berbeda kampus. Apakah jika dulu aku membeli buku itu maka aku akan bernasib seperti dia?. Tentu tidak!. Karena itu bukanlah penyebab (dan sama sekali tidak ada hubungannya).
Selain itu aku juga memiliki buku Melukis Cinta karya Sakti Wibowo. Aku punya dua bukunya. Buku itu berisi kumpulan kisah-kisah nyata tentang jatuh bangunnya aktivis dakwah dalam menggenapkan separuh diennya. Memoar teranyar yang menyita perhatianku adalah Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Aku membaca buku keduanya terlebih dahulu yaitu Sang Pemimpi. Kemudian aku jatuh cinta dan membeli buku pertamanya Laskar Pelangi. Buku ini bercerita tentang perjalanan seorang Andrea Hirata dari seorang anak kampung hingga akhirnya bisa kuliah di UI dan mendapat beasiswa ke Perancis tanpa biaya sepeser pun dari orangtuanya. Kisah yang sangat inspiratif. Membaca buku Laskar Pelangi membuat kita ingin kembali mengenang masa-masa kecil dulu dan rasanya ingin berterimakasih pada guru-guru yang telah mengajarkan kita membaca dan menulis (karena kita teramat lupa pada jasa mereka—terimakasih Pak! Bu!).
Dan inilah kisah nyata terakhir yang baru saja kubaca. Sandiwara Langit karya Ust. Abu Umar Basyir. Kisah nyata yang telah berlangsung lama sekali. Tentang seorang pemuda yang ingin menikahi anak orang kaya. Pemuda itu masih belum punya pekerjaan tetap. Namun dengan tekad bulat ia melamar gadis itu. Bapak si gadis mengabulkan lamarannya dengan syarat: jika dalam waktu sepuluh tahun pemuda itu tidak bisa mapan dan membahagiakan anaknya maka ia harus menceraikannya!.
Aku begitu terhanyut dengan cerita ini. Ikut tegang, bahkan menangis tersedu sedan pada tahap-tahap konfliknya. Ini bukanlah novel. Dan Ust. Abu Umar Basyir pun bukanlah novelis. Justru kekuatan buku ini terletak pada ’kenyataan’ dari kisah ini. Betapa garis takdir itu unpredictable dan mampu membuat kita berdecak kagum pada Sang Pengaturnya. Subhanallah.
Pertama melihat iklan buku ini disebuah majalah ahlussunnah aku langsung jatuh cinta. Apalagi aku adalah ’penggemar langit’. Melihat penulisnya sekaliber Ust. Abu Umar Basyir yang telah menelurkan buku-buku best seller semakin menambah rasa penasaranku. Dan ketika takdir mempertemukan aku dengan buku ini, aku merasa beruntung telah membacanya. Menjadi saksi dari kisah hidup seorang anak Adam yang begitu menakjubkan. Dan mengaggumi kesuksesannya melewati masa-masa kritis hidupnya.
Begitulah, aku telah bermetamorfosis. Dari seorang pemimpi penggemar cerpen menjadi pengagum realita yang tergila-gila pada rahasia langit-Nya. Sungguh skenario-Nya Maha Indah dan syarat hikmah. Hanya terkadang kita terlalu picik untuk mampu memahami setiap hikmah-Nya. Iman kita terlalu tipis untuk menerima takdir-Nya hingga kita selalu berusaha lari dari kenyataan dan masuk ke Pulau Utopia. Masuk ke dunia angan dan khayal. Justru segala upaya itu semakin mengukuhkan keberadaannya sebagai Dzat yang Maha Berkehendak lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya. Seorang ulama salaf pernah ditanya, ”apa buktinya Alloh itu ada?.” Ia menjawab, ”tidak semua keinginan kita tercapai.”
Do’a Halimah dalam buku Sandiwara Langit:
”Ya Robbi. Pertemukanlah diriku dengan orang yang layak menjadi suamiku. Di mana aku bisa mati dengan keridhoan-Nya, setelah Engkau meridhoiku.”
”Ya Robbi. Hindarilah aku dari menikahi pria yang tak bisa menjadi pendampingku di dunia dan di akhirat. Ciptakanlah jurang yang memisahkan tubuhku ini dari sentuhan tanganya.”
”Ya Robbi tunjukkanlah kekuasaan-Mu. Perlihatkanlah kecintaan-Mu. Jadikanlah kami sebagai saksi atas keagungan-Mu”
Assalam
Wah maksih yach komentarnya, minta tolong promosisiin buku ini ke teman-teman yach.
dari tim editing sandiwara langit
iya…
hidup itu tidak cukup hanya bermodalkan semangat dan perasaan SAJA…
tetapi keduanya harus dituntun dengan ILMU…
dan ilmu itu adalah qola ALLAH qola arRasul qola ashShohaabah…
dengan itu kita menimbang setiap kejadian dalam hidup dan kehidupan ini…
Hampir Sama Seperti saya Ukh kisah diatas
Numpang Promosi Yah…
Sandiwara Langit
saya sudah baca buku itu, dan mau tahu buat ibu yang pernah pengkaderan ini atas penilaiannya terhadap tulisan saya disini:
http://adjhee.wordpress.com/2008/07/23/secarik-surat-dari-rumah-sakit-jiwa/#more-49
makasih..makasih..tulisan saya yang berbentuk kisah nyata untuk pertama kalinya 🙂
“Wahai Dzat yang Maha Menentukan…
Limpahkanlah kesejahteraan kepada RasulMu, dan siapa saja yang meniti jejaknya,
Dan janganlah Engkau tolak permohonanku karena dosa-dosa yang pernah terlakukan olehku.”
”Ya Robbi. Segerakanlah pertemuanku dengan orang yang engkau ridhai yang layak menjadi istriku. Dimana tiada aku dapati satupun alasan untuk tidak meridhoi segala apa yang ada pada dan darinya hingga akhir hayatku,.”
”Ya Robbi. Hindarilah aku dari menikahi wanita yang tak bisa menjadi pendampingku di dunia dan di akhirat. Ciptakanlah jurang yang memisahkan tanganku dari menyentuh tubuhnya atau sebahagian dari tubuhnya.”
”Ya Robbi tunjukkanlah kekuasaan-Mu. Perlihatkanlah kecintaan-Mu. Jadikanlah kami sebagai saksi atas keagungan-Mu.”
Blog yang sarat dengan perspektif imajiner. Ketangguhan opini yang tidak terlihat selama ini, potensi yang luar biasa. Semoga ada di lingkungan PLB menjadikan anda sosok ahwat yang luar biasa pula. Ganbatte Kudasai, Yoroshiku onegaishimasu
Semoga kita dapat saling berpesan dengan kebenaran dan berpesan dengan kesabaran, kejadian yang telah berlalu yang kita lewati sebagai manusia yang belum mengenal Islam seutuhnya menjadikan kita semakin sadar “inilah jalanku yang lurus”
Assalammualaiki ya.. ukhti…
Sandiwara langit… bikin saya kelangit…. keawang-awang… karena bersyukur… telah mendapatkan seorang Imam yang… selalu membimbingku…
bersyukur… karena saya masih diberi kesempatan untuk bersyukur…
Kunjungan balasan… ya jeng…
Mmm… mmm… numpang lewat, ya…
Ass….
Saya sangat senang sekali meliahat semangat anda….
Jadi pengen ne….
Salam kenal….
Assalamu’alaykum
Kajian ttg buku ini sewaktu di jogja bisa di donlot di blognya mazamier. tafadhol, kalo mo donlot
buka saja link ini : http://tinyurl.com/an74l3
hmm…menggugah jiwa..salam kenal 😉