Â
Ingin sekali menyusuri jalan protocol ibu kota ini bersama. Duduk manis dibelakangnya. Kemacetan ibu kota pun tak kan lagi menjemukan. Tapi aku masih mengejar bus kota. Berjejer bersama para pekerja, buruh kasar, ibu rumah tangga yang sibuk menenangkan anaknya yang menangis karena pengapnya bus kota, pelajar, mahasiswa. Semuanya masuk dalam kasta kaum proletar yang mengais sisa-sisa rupiah para konglomerat. Kadang duduk terkantuk-kantuk bersandar pada jendela yang berdebu tebal. Penat dengan kerasnya beban hidup megapolitan.
Komentator